Setelah ubek-ubek kardus dan file di komputer akhirnya kutemukan juga. hehe :D
Ini dia..
Suasana pagi itu
benar-benar berbeda. Hawa dingin mulai menyelimutiku dan tak terdengar lagi
suara yang biasanya melantunkan bacaan aneh. Kemanakah orang-orang yang ada di
masjid? Apa… mereka sudah bersiap-siap menghancurkan tank-tank kami?” Berbagai
pertanyaan berkecamuk dalam pikiranku, tapi.. ah biarlah, toh mereka juga akan
membunuhku.
Suara pintu besi
terbuka pelan-pelan dan hentakan kaki semakin jelas terdengan oleh kedua
telingaku. “Pasti salah satu dari kami akan keluar dari sini,” gumamku. Oh,
ternyata dugaanku salah! Seorang anak kecil berusia sekitar enam tahun datang
membawa nampan berisikan roti. Ia pun membagi-bagikan kepada tahanan lain,
sepotong demi sepotong dan akhirnya tiba juga ia di selku.
“Ini roti untukmu, ya Ajam
(orang asing),” kata anak itu.
“La..lalu kemanakah
wanita berjilbab lebar yang biasanya mengantarkan roti itu?” Aku bertanya
dengan gugup. “Ia telah berjanji akan membacakan surat berikutnya meski aku tak
tahju maksud dari kata-kata itu,”
“Dia ummiku. Memang, ia
selalu membaca ayat-ayat suci al-Qur’an setelah shalat subuh dan akhirnya kau
ingin mendengarkanya. Namun, ia telah pergi ke tempat yang jauh kemarin malam
akibat sebuah bom meledak di kamp paling pojok daerah anak ini.” Jawab anak
itu.
“Secepat itukah? Mengapa
ia ada di sana?”
“Ummi mengobati para
pejuang yang terluka akibat berperang dengan tentara kalian. Dan ternyata Allah
berkehendak demikian. Ah, sekarang aku sendiri hidup bersama anak yatim piatu
lainya. Aku tak mengerti, mengapa kalian senang menjajah daerah kami. Padahal
kalian mempunyai wilayah yang lebih berkembang daripada wilayah kami.”
Hatiku pun tersentak
mendengar kata-kata bocah itu. memang benar, aku sebagai tentara Israel hanya
menjalankan perintah, tapi dari dasar manakah kami berhak merebut hak-hak
mereka? Mereka terlalu suci untuk kami bunuh. Ya Tuhan…. Apa maksud semua ini? Sebenarnya
manakah yang benar? Hatiku pun benar-benar kacau saat ini.
“Permisi, Ajam. Setelah
ini aku mempunyai tugas yang lebih penting.” Kata anak itu membuyarkan
lamunanku.
“Tunggu! Panggilkan
para syekh. Aku akan masuk kedalam agama kalian.” Kataku. Ya Allah… semoga ini
adalah jawaban dari smeua pertanyaanku. Kemudian aku dibawa ke sebuah tempat
yang bersih dan nyaman, lalu aku pun dituntun membaca dua kalimat syahadat.
“Asyhadun an
laailaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah.”
Alhamdulillah …