Senin, 30 Desember 2013

CERPEN_Pintu Hati

Ingin tahu cerpen pertama saya yang dimuat di majalah sekolah?
Setelah ubek-ubek kardus dan file di komputer akhirnya kutemukan juga. hehe :D
Ini dia..



Suasana pagi itu benar-benar berbeda. Hawa dingin mulai menyelimutiku dan tak terdengar lagi suara yang biasanya melantunkan bacaan aneh. Kemanakah orang-orang yang ada di masjid? Apa… mereka sudah bersiap-siap menghancurkan tank-tank kami?” Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikiranku, tapi.. ah biarlah, toh mereka juga akan membunuhku.
Suara pintu besi terbuka pelan-pelan dan hentakan kaki semakin jelas terdengan oleh kedua telingaku. “Pasti salah satu dari kami akan keluar dari sini,” gumamku. Oh, ternyata dugaanku salah! Seorang anak kecil berusia sekitar enam tahun datang membawa nampan berisikan roti. Ia pun membagi-bagikan kepada tahanan lain, sepotong demi sepotong dan akhirnya tiba juga ia di selku.
“Ini roti untukmu, ya Ajam (orang asing),” kata anak itu.
“La..lalu kemanakah wanita berjilbab lebar yang biasanya mengantarkan roti itu?” Aku bertanya dengan gugup. “Ia telah berjanji akan membacakan surat berikutnya meski aku tak tahju maksud dari kata-kata itu,”
“Dia ummiku. Memang, ia selalu membaca ayat-ayat suci al-Qur’an setelah shalat subuh dan akhirnya kau ingin mendengarkanya. Namun, ia telah pergi ke tempat yang jauh kemarin malam akibat sebuah bom meledak di kamp paling pojok daerah anak ini.” Jawab anak itu.
“Secepat itukah? Mengapa ia ada di sana?”
“Ummi mengobati para pejuang yang terluka akibat berperang dengan tentara kalian. Dan ternyata Allah berkehendak demikian. Ah, sekarang aku sendiri hidup bersama anak yatim piatu lainya. Aku tak mengerti, mengapa kalian senang menjajah daerah kami. Padahal kalian mempunyai wilayah yang lebih berkembang daripada wilayah kami.”
Hatiku pun tersentak mendengar kata-kata bocah itu. memang benar, aku sebagai tentara Israel hanya menjalankan perintah, tapi dari dasar manakah kami berhak merebut hak-hak mereka? Mereka terlalu suci untuk kami bunuh. Ya Tuhan…. Apa maksud semua ini? Sebenarnya manakah yang benar? Hatiku pun benar-benar kacau saat ini.
“Permisi, Ajam. Setelah ini aku mempunyai tugas yang lebih penting.” Kata anak itu membuyarkan lamunanku.
“Tunggu! Panggilkan para syekh. Aku akan masuk kedalam agama kalian.” Kataku. Ya Allah… semoga ini adalah jawaban dari smeua pertanyaanku. Kemudian aku dibawa ke sebuah tempat yang bersih dan nyaman, lalu aku pun dituntun membaca dua kalimat syahadat.
Asyhadun an laailaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah.”
Alhamdulillah …